Informasi Umum | |
---|---|
Didirikan pada | 21 Maret 2003 |
Lokasi | Jl. H. Kamang No. 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia |
Jumlah koleksi | > 600 buah |
Sejarah
Layang-layang merupakan bagian dari permainan masa kecil yang tidak hanya berfungsi sebagai permainan belaka, tapi bisa dilibatkan dalam sebuah ritual tertentu. Berbagai bangsa di dunia dapat dipastikan mengenal permainan layang-layang. Fenomena inilah yang mendorong para pecinta layang-layang untuk mendirikan museum layang-layang. Di dalam museum tersebut, para pecinta layang-layang akan mengumpulkan berbagai jenis layang-layang dari mancanegara dan menjaga koleksi tersebut agar bisa dinikmati keindahannya dan dipelajari teknologinya.[2]Museum Layang-Layang Indonesia didirikan oleh seorang pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985 dengan membentuk Merindo Kites & Gallery yang bergerak di bidang layang-layang yang bernama Endang W. Puspoyo.[1] Kecintaannya pada layang-layang membuat ia tergerak untuk mendirikan Museum Layang-Layang Indonesia.[5] Kiprahnya dalam mendirikan Museum Layang-Layang Indonesia membuat museum ini mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk pemecahan rekor pemrakarsa dan penyelenggara pembuatan layang-layang berbentuk diamond terbesar pada 2011 serta penghargaan kepariwisataan Indonesia pada 2004, yang diberikan oleh I Gede Ardika selaku Menteri Kebudayaan dan Pariwisata saat itu.[5]
Koleksi
Layang-layang yang dikoleksi museum ini tak hanya berasal dari Indonesia saja, tapi museum ini juga mengoleksi layang-layang dari berbagai negara, contohnya Tiongkok, Jepang, Belanda, Vietnam dan beberapa negara lainnya.[6] Mulai dari layang-layang miniatur yang berukuran 2 sentimeter, hingga yang berukuran besar.[3] Bahkan museum ini memiliki beberapa layang-layang berukuran raksasa terbesar di tanah air seperti “Megaray” berukuran 9 x 26 meter.[3]Di museum ini juga ada layang-layang dari Kalimantan Selatan. Jika terbang, layangan ini harus sepasang dan kedua layang-layang ini pun digantungi alat-alat musik mirip suling, sehingga ketika sepasang layangan ini diterbangkan akan mengeluarkan suara-suara musik. Ada juga layangan pengantin, yang diterbangkan ketika upacara adat pernikahan, sehingga penduduk sekitar bisa mengetahui bahwa ada acara pernikahan di desa tetangga ketika melihat pasangan layang-layang itu terbang di udara.[7]
Referensi
- ^ a b c "Sejarah Museum Layang-Layang, dari Hobi Menjadi Prestasi". Warta Kota. 20 November 2012. Diakses 7 Mei 2014.
- ^ a b Purwadi "Pedje" Djunaedi, dkk. Layang-Layang Indonesia. Museum Layang-Layang Indonesia bekerja sama dengan Merindo-Kites & Gallery dan Q Communication. hlm. 116–120.
- ^ a b c "Museum Layang-layang". Liburan Anak.com. Diakses 13 Mei 2014.
- ^ "Museum Layang-layang". Wisata Jakarta Panduan Wisata Kota Betawi. 2 Februari 2013. Diakses 2014-05-13.
- ^ a b "Liburan Alternatif Akhir Pekan: Ke Museum Layang-layang". Liputan 6. 21 Februari 2014. Diakses 7 Mei 2014.
- ^ "Mengenal Layang-layang di Museum Layang-layang". Kabari. 21 April 2014. Diakses 2014-05-13.
- ^ "Museum Layang-Layang Jakarta". GoIndonesia.com. 7 Mei 2013. Diakses 2014-05-08.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar